Kediri, bidikkasusonline – Berada di antara Gunung Kelud dan Wilis, Kabupaten Kediri dikaruniai tanah yang subur. Kesuburan tanah di Bumi Panjalu ini menghasilkan produk pertanian yang sangat melimpah.
Sehingga, hasil produk pertanian Kabupaten Kediri tidak hanya mencukupi kebutuhan masyarakatnya saja. Tetapi juga menjadi penopang lumbung pangan Jawa Timur, bahkan nasional.
Data Dinas Pertanian dan Perkebunan (Dispertabun) Kabupaten Kediri menyebutkan, pada tahun 2022 rata-rata produksi gabah kering giling (GKG) mencapai 6,19 ton per hektar. Kemudian, pada 2023 naik menjadi 6,22 ton per hektare dan kembali naik menjadi 6,24 ton per hektare di 2024.
Di Kabupaten Kediri, luasan lahan padi di keseluruhan ada 48.000 hektare. Adapun wilayah yang menjadi sentra padi berdasarkan pemetaan kawasan agropolitan meliputi wilayah Palem, Pare (Kecamatan Pare, Plemahan Papar dan Purwoasri).
Ptl Kepala Dispertabun Kabupaten Kediri Anang Widodo mengakui, produktivitas panenan padi di Kabupaten Kediri yang lebih tinggi dari Jawa Timur. Untuk cakupan dan kebutuhan pangan di Kabupaten Kediri bisa swasembada dan pada setiap tahunnya surplus hingga 45 ribu-50 ribu ton beras.
Tak hanya padi, produktivitas jagung Kabupaten Kediri dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Sebagai contoh produksi jagung pipil kering, tahun 2021 sebanyak 346.759 ton, 2022 sebanyak 348.055 ton, dan 2023 naik menjadi 736.542 ton.
Capaian provitas ini, menurut Anang juga terjadi pada produk pertanian lainnya. Termasuk produk holtikultura dari nanas, mangga podang, cabai hingga produk perkebunan kopi, tebu dan tembakau.
“Semua potensi di bidang pertanian terus kami optimalkan untuk kesejahteraan petani yang jadi mata pencaharian mayoritas warga Kabupaten Kediri,” kata Anang.
Revitalisasi pertanian merupakan misi Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kediri untuk mewujudkan ketahanan dan swasembada pangan di Kabupaten Kediri.
Berbagai capaian telah diraih Kabupaten Kediri dan ini menjadi bukti nyata pemerintah daerah (pemda) dalam mendukung sektor pertanian. Capaian ini tak lepas dari upaya peningkatan berbagai aspek pendukung seperti, sarana dan prasarana pertanian.
Capaian signifikan dalam pembangunan infrastruktur terjadi di Kabupaten Kediri. Dimana telah membangun 4 unit embung, 7 unit pipanisasi pertanian, 145 unit sumur sebagai irigasi air tanah, 101 jalan usaha tani, dan 111 jaringan irigasi tersier untuk para petani.
Bangun Embung untuk Petani Cabai
Embung dengan ukuran panjang 60 meter dan lebar 13 meter itu mampu menampung sekitar 2.500 meter kubik dengan potensi terdampak area lahan sekitar 25 hektar.
Fasilitas umum tersebut untuk pengembangan agropolitan di wilayah Kecamatan Pare, Kandangan, Puncu, Kepung atau yang biasa disebut ‘Pakan Cupung’. Daerah itu dikenal sebagai komoditas petani holtikultura, seperti cabe, tomat, dan sayur.
Konsep pembangunan embung itu untuk memanen air hujan yang akan digunakan menambah kebutuhan air saat musim kemarau. Harapannya mampu mengurangi cost biaya produksi terutama kebutuhan air petani.
Selama ini, pada musim kemarau, petani di Kebonrejo, Kepung untuk menyiram tanaman dengan cara membeli air. Adapun biaya yang dikeluarkan Rp180 ribu per satu tangki ukuran 2.400 liter untuk sekali pengairan lahan seluas satu hektar.
Padahal dalam musim tanam cabe sampai 20 kali pengairan, sehingga total biaya pengairan sekitar Rp3,6 juta untuk tiap hektarnya. Jumlah biaya tersebut dalam hitungan paling rendah.
Modernisasi Pertanian dan Peningkatkan Pupuk Subsidi
Pemkab Kediri juga melakukan upaya modern pertanian. Pemda Kabupaten Kediri melakukan pendistribusian 3.644 unit alat pertanian, seperti traktor roda empat, traktor roda dua, hingga drone untuk memaskimalkan produktifitas para petani.
Tidak ketinggalan, penyediaan pupuk bersubsidi terus dioptimalkan, pada tahun 2024 terjadi peningkatan sebesar 25,14 persen. Rinciannya, pupuk urea meningkat dari 21.175 ton menjadi 36.207 ton atau naik 71 persen.
Pupuk NPK yang awalnya 19.042 ton menjadi 40.698 ton atau naik 114 persen. Bahkan, untuk pupuk organik yang sebelumnya tidak menerima alokasi, kini mendapatkan 6.730 ton.
Masih kata Anang, sektor tanaman pangan memperkuat sektor pertanian dengan fokus pada tanaman pangan sebagai salah satu pilar utama pembangunan daerah.
Tidak bisa dipungkiri, terjadinya peningkatan provitas pada produksi padi dan jagung ini karena Pemkab Kediri terus berinovasi. Pemda telah melakukan program DITO atau Desa Inovasi Tani Organik.
Pengembangan pertanian organik di Kabupaten Kediri telah memiliki sertifikasi organik SNI oleh sertifikasi Internasional Eropa dan Amerika serta telah memiliki izin edar produk dari Kemeterian Pertanian Republik Indonesia dengan beras organik sebagai produk utamanya.
Pemkab Kediri juga telah mengambil 7 langkah dalam mendukung kegiatan petani diantaranya :
- Pemberian bantuan rata-rata 20 ribu hektar benih pada dan 15 ribu hektar jagung berkualitas dan jagung per tahun yang mencakup 100 ribu petani penerima manfaat.
- Pembinaan penangkar benih In Situ (Benih awal yang dihasilkan oleh pemula berdasarkan proses permulaan).
- Bantuan pupuk NPK, pupuk organik cair dan pestisida.
- Sekolah Lapang dan Pendampingan Pemanfaatan POC, POP dan Agen Hayati.
- Bantuan alat pengolah pupuk organik (APPO) sebanyak 70 unit.
- Gerakan pengendalian Organisme Penanggu Tanaman (OPT) disertai bantuan pestisida hayati, kimia dan burung hantu sebanyak 77 pasang.
- Penanganan pasca panen melalui bantuan combine harvester besar 15 unit, Rice Milling Unit 12 unit, Vertical Dryer 2 unit, Power Thresher 12 unit dan Corn Sheller 2 unit.
Sektor Perkebunan